Place Your Ads Here

Awal Januari lalu, di grup alumni kampus ada info lowongan tutor Universitas Terbuka, pengajar online. Tertarik dong, kan online. Adanya kelonggaran yang tidak mengharuskan ngantor terus terang membuat semangat untuk kembali menjadi akademisi.

Tapi setelah mengecek dan membuka lowongan yang tersedia satu-satu, saya merasa sudah jauuuh sekali dari kata kompeten untuk mata kuliah yang diampu. 🤣

Akhirnya ditunda – sementara – impian untuk menjadi pengajar, wabil khusus di mata kuliah Akuntansi dan Ilmu Ekonomi Pembangunan. Apalah daya, biarpun ada ijazah di situ, saya lebih ngerti dagang, lebih betah ngoprek WordPress, riset keyword jualan, dan tentu saja: lebih suka tidur siang.

Jika ada kantor / start up yang mengizinkan karyawannya tidur siang 1-2 jam, saya tertarik daftar! Kabari saya!

Bandung, 16 Februari 2023.

Dulu sekali, saya pernah bercita-cita jadi dokter. Sebuah cita-cita mulia yang hampir selalu disebut oleh anak SD yang belum mengerti apa-apa.

Di lain waktu, saya pernah bercita-cita jadi Tentara, lagi-lagi karena pekerjaan tersebut terpandang dan memiliki status sosial di lingkungan masyarakat desa kala itu. PNS, TNI, Polri -er- Politisi?

Rasa-rasanya generasi 90an lebih banyak yang merasakan pressure untuk bisa kerja di profesi tersebut.

Semakin bertambahnya usia, rupanya cita-cita dan pekerjaan impian turut bertumbuh, berubah, lebih sering menyimpang dan tersesat dari jalur pendidikan awalnya.

Selepas S1 saya bekerja di tim digital OPPO Indonesia yang pekerjaan sehari-harinya mengelola media sosial dan konten – padahal lulus Akuntansi kemelut. 😂 Sesat.

Sama halnya hari-hari sekarang ini, lulusan IPB banyak yang kerja di lembaga keuangan. Mau dibilang Intitut PerBankan? 😬

Kembali ke topik pekerjaan impian. Pekerjaan saya hari ini bisa jadi adalah impian banyak orang.

Bisa dari rumah. Bisa dari kafe. Bisa darimana saja selama terhubung dengan internet yang memadai, cukup dengan membawa laptop. Impian bukan?

Pagi bisa mengantar anak sekolah. Sore tidak perlu bermacet-macet pulang kantor. Impian bukan?

Bisa libur kapan saja, weekdays pengen jalan? hayuk gasskeun! Mudik tidak menunggu kalender ada tanggal merah dan cuti bersama. Impian bukan?

Pagi tidak ada kewajiban mandi, misalpun seharian mau gk mandi juga tidak ada yang marah – istri ngedumel -. Ini masuk kategori impian gk sih? 🤣

Tapi, tunggu dulu…

Pekerjaan dari rumah model begini bakal jadi masalah bagi orang yang terbiasa bekerja berdasarkan instruksi. Tidak semua orang betah melakukan semua sendiri. Tidak semua orang memiliki cukup inisiatif untuk bergerak mandiri.

Beberapa orang ada lho yang terlahir untuk diperintah, karena kalau jalan sendiri dia tidak menemukan jalannya. Yang ada malah tersesat, lagi. Membahayakan dan merepotkan.

Pekerjaan dari rumah begini juga membutuhkan manajemen waktu kerja yang ketat dan jelas. Jika gagal mengelola, yang ada malah menambah daftar panjang penerima bantuan langsung tunai.

Ini kenapa bahas WFH. 🤣

Oke, WFH adalah impian saya yang sudah wujud. Bisa sambil koloran dan (lebih penting) menghasilkan. Kehormatan laki-laki adalah dengan bekerja. Luaran dari bekerja? Penghasilan tetap atau tetap berpenghasilan?


Barangkali impian yang masih ingin diwujudkan ke depan adalah membangun pesantren digital. Sintesa milik gurunda saya, mas Ibrahim Vatih, adalah contoh yang sudah jadi dan berhasil. Pondok pesantren yang mengajarkan ilmu agama dan keahlian seputar digital marketing.

Mohon doanya! *btw, sambil menunggu pesantrennya wujud, saya sudah ada pesantren online di Telegram, ada 1200an jamaah yang sudah gabung.

Bandung, 16 Februari 2023. Mendung tanpo udan.

Postingan ini merupakan satu rangkaian dalam #30DaysBloggingChallenge, hari ke empat (harusnya), tapi jeda dengan tulisan ke tiga Quote Favorit sudah lebih dari 10 hari. 😆

Photo by Scott Graham on Unsplash

Post Terkait



Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Mas Lil Avatar

Tentang Saya

Post Terbaru


Place Your Ads Here