Tentang Blog

Blog random yang dibuat untuk mendokumentasikan apa saja, segala jenis unek-unek dan topik. Dari cerita soal kelahiran anak, kuliah istri, atau catatan pernikahan.

Dulu sekali saya pernah membuat blog keluarga dengan domain 100kata.com, karena domain kurang asyik dan jarang diperbaharui akhirnya diputuskan untuk tutup permanen – semua artikelnya dipindah di sini.


Saya kenal pertama kali dunia tulis-menulis ketika mengelola majalah OSIS di SMK tahun 2009 (tua 🤣, I know). Kemudian terfasilitasi (ada media untuk praktek) lebih baik setelah mengenal dunia blogging dengan Blogger.

Di bangku kuliah, mulai menulis dengan topik yang lebih serius dan berat (sosial politik) sambil terus menekuni hobi blogging juga. Di bangku kuliah ini pula, beberapa opini tayang di media cetak atau media online (Suara Merdeka, Okezone, dll).

Karena suka nge-blog, otomatis mau gk mau tipis-tipis belajar SEO juga, lagi-lagi sebatas tahu aja. Tahun 2014 akhir saya mulai kerja di Jakarta, saya baru kembali ngulik ngeblog untuk pertama kalinya pakai WordPress(org). Masih sebatas iseng belajar dan belum ketemu jalan biar jadi sumber penghasilan – seperti sekarang.

Mengingat latar belakang pendidikan saya yang jauh dari teknis soal website, saya benar-benar belajar semuanya otodidak, pertama yang gratis lewat youtube dan forum (FB), kemudian pas sudah ada modal baru keluar duit buat beli e-course berbayar.

Kok bisa suka ngeblog? Prosesnya panjang, tapi secara sederhana: dulu pas masih tahap awal belajar blogspot sudah bisa menghasilkan uang. Lebih tepatnya jualan jasa pembuatan blogspot. Walaupun murah tapi dulu ada pasarnya. Sekitar tahun 2010 punya blogspot itu udah keren sekali, tahun-tahun sekarang tidak ada yang spesial. 😂

Tahun 2010 ngoprek html itu berasa hekel, tahun sekarang sudah ada chatgpt. Bisa bikin apa saja, batasnya imajinasi. Jago pula dia. 🤣

Ini contoh blog yang dulu saya bikin:

Aslinya masih ada banyak blog personal random, tapi isinya tidak mutu :v


Cita-cita dewasa

Meskipun sudah hampir sembilan tahun kerja dari rumah – saya masih memupuk harapan dan bercita-cita menjadi dosen. Musabab sederhananya: saya menyelesaikan cukup baik jenjang S1 dan S2, mudah-mudahan cukup qualified buat jadi dosen – minimal dosen tamu lah, pun ngajar di kampus gurem gapapa. Sebut saja semacam aktualisasi 😂

Masih menunggu momentum yang tepat sambil berdoa, mudah-mudahan ketika hal itu datang menghampiri saya siap secara kemampuan dan finansial. Kenapa harus siap finansial? karena di luaran sana status dosen tidak identik dengan kaya, butuh banyak perjuangan dan pengorbanan. Dengan kecukupan, semoga bisa mengajar dengan bebas tanpa kejar proyek sana-sini.

Jadi, kalau sudah “kenyang” dari rumah. Berangkat ke kelas adalah sesi berbagi dan mempelajari hal baru dari mereka yang lahirnya belakangan. Saya optimis masih bisa menghasilkan uang dari luar kelas. Mudah-mudahan tidak kalah jumlah dan berkahnya. Aaamiin!


Pernah jadi karyawan

Lulus kuliah bulan Oktober tahun 2014, saya yang lama tinggal di Semarang langsung dipertemukan nasib untuk tarung di Jakarta. Mencari bekal untuk sesi pertarungan berikutnya: lanjut kuliah, menikah, menjadi orang tua, dan seterusnya.

Ketika bekal dirasa cukup, stop. Saya harus menemukan arah pulang berikutnya. Maka dengan mantap, berbekal keahlian yang diperoleh di kantor: saya resign. Maka, sejak Oktober 2016 saya memulai episode baru dalam perjalanan sebagai freelancer. Mengawali freelance di jalur Microstock, lalu pada awal 2020 saya kembali ke jalur website.

Catatan resign saya pernah saya tulis di blog satunya, baca di sini.

Kurang lebih ada 20+ website yang saya kelola hari ini (termasuk milik klien), web yang ada duitnya mayoritas berbahasa inggris, umumnya bentuk web jualan asset digital yang dimonetize dengan adsense ataupun membership.

Walaupun blog ini kurang menarik, topikterlalu luas (tidak satu niche), mudah-mudahan pembaca berkenan, mendapat pesan/nasehat, meninggalkan komentar, atau sekedar membagikan tulisan.

Saat ini kami berempat – saya, istri dan dua bujang lucu-lucu tinggal di Kota Kembang.

Menjelang tahun ke enam di Bandung, hati dan jiwa saya masih bermimpi untuk hidup dan menetap sampai tua di Purwokerto.